Perjalanan ke Hanoi dalam sketsa

Bagi saya ini adalah pertama kali menjejakkan kaki di negara anggota ASEAN yang mempunyai ibukota bernama Hanoi. Kali ini kunjungan dilakukan bersama kurang lebih 200 karyawan PT. Philips Indonesia, pada tanggal 10 – 14 Agustus 2016. Philips Indonesia Employee Trip 2016. Pertama kalinya bagi saya bepergian ke luar negeri bersama dengan 200 orang lebih. Pertama kalinya juga bagi saya datang di bandara CGK pada pukul 3 pagi, demi first flight ke Singapura menggunakan Singapore Airlines.

SQ-vertical
Sketsa tail-fin Singapore Airlines yang saya buat ketika dalam perjalanan pulang dari Singapore menuju Jakarta. Meskipun perjalanan singkat, namun akhirnya bisa selesai juga sketsa ini.

Perjalanan menuju Singapore untuk transit dan melanjutkan pindah pesawat menuju Hanoi juga lancar. Walaupun jeda perpindahan pesawat relatif pendek, yaitu 1 jam, kami bisa melalui dengan lancar dan tidak ada yang tertinggal. Pesawat SQ176 tinggal landas tepat waktu mengarungi angkasa menuju Hanoi. Sepanjang perjalanan menuju bandara Noi Bai International Airport (NIA) di Hanoi, SQ176 banyak mengalami turbulensi. Bahkan beberapa kali para paramugari harus mengembalikan trolly makanan ke base dan mengikuti perintah pilot untuk berada di pos masing-masing demi keamanan selama terjadi turbulensi. Bahkan tadinya saya yang bisa tidur, menjadi terbangun karena turbulensi. Terpaksa terjaga dan mencoba membuat sketch demi menghalau bosan, walaupun tentu saja tidak mudah untuk dilakukan.

SQ-seat
Ketika keinginan untuk tidur tidak bisa terlaksana karena banyaknya turbulensi yang dialami oleh SQ176, maka membuat sketsa adalah salah satu terapi untuk menenangkan diri, walau tidak mudah karena goncangan-goncangan yang dialami pesawat.

 

Setelah melalui antrian imigrasi di bandara Noi Bai (NIA) di Hanoi, kami disambut cuaca yang mendung, matahari terhalang awan. Meski kita hidup di negara tropis, namun tetap saja panasnya Hanoi sungguh kelewat batas bagi kami. Status di weather application bisa saja mengatakan 34 derajat Celcius, namun yang kami rasakan sungguh diatas angka tersebut. Jakarta, Surabaya atau Bali yang kadang kami rasakan panas, tetap saja tidak bisa mengalahkan panas yang kami rasakan di Hanoi. Ditambah dengan kelembaban yang tinggi, cepat membuat tubuh berkeringat dan baju menjadi basah. Kalau kata orang Jawa, sumuk dan kemringet njur pliket kabeh. Sungguh sambutan alam yang tidak akan bisa dilupakan bagi orang yang pertama kali jejakkan kaki di Hanoi di saat musim panas. Dan tidak heran kalau banyak cowok dan bapak-bapak di rombongan kami membeli kipas dan tidak pula malu-malu menggunakannya. Pertama kalinya pula bagi saya mengalami suhu panas dan kelembaban yang tinggi.

hanoi-sketch
Mencoba merekam suasana kota Hanoi melalui sketsa, walaupun tidak mudah untuk dilakukan. Butuh banyak belajar dan berlatih untuk merekam suasana kota dan kehidupan yang terjadi di dalamnya.

hochiminh-monumen
Ho Chi Minh mausoleum, tempat dimana jasad founding father Vietnam diawetkan.

VN-fan
Barang yang banyak dibeli oleh para wisatawan saat di musim panas di kota Hanoi. Tidak hanya dibeli dan digunakan oleh para wanita, para lelaki pun tak malu menggunakannya. Daripada kepanasan cyin…

Sarana transportasi di Hanoi kurang lebih sama dengan di Jakarta. Dominasi kendaraan pribadi sungguh kentara. Sepeda motor sungguh banyak jumlahnya. Namun jika dibandingkan dengan Jakarta, ada beberapa perbedaan yang bisa disampaikan disini. Mobil pribadi di Hanoi didominasi brand Korea (Hyundai dan KIA) dan kelas city-car, sementara di Jakarta, hampir semua brand atau tipe kendaraan ada. Dominasi mobil pribadi di Hanoi adalah entry level city-car. Jadi akan sangat jarang ditemukan kendaraan medium level seperti Mitsubishi Outlander, Nissan X-Trail, Honda Civic, Toyota Camry, dsb. Bahkan untuk taksi, banyak yang menggunakan city-car (sekelas KIA Picanto dan Hyundai i10) sebagai armada taksi mereka. Sedangkan taksi hotel atau kendaraan operasional dari hotel, banyak yang menggunakan Toyota Innova, mungkin dikarenakan pertimbangan jika membawa koper atau bagasi bagi tamu hotel. Kalaupun ada kendaraan mewah, juga terbatas tipenya (Mercedes-Benz, Lexus, Audi), yang kemungkinan besar adalah kendaraan pejabat tinggi atau pengusaha besar.

hanoi-taxi
KIA Picanto merupakan kendaraan yang banyak digunakan sebagai armada taksi. Saya bersama 3 teman berkesempatan menggunakan taksi seperti ini saat pulang dari Night Market menuju hotel, cukup nyaman walaupun harus berhimpitan di kursi belakang.

Untuk kendaraan berat atau komersial (bis/truk), Hyundai dan beberapa brand dari Cina menjadi pilihan para pengusaha disana. Selama 5 hari di Hanoi, rasanya belum pernah saya melihat truk Mitsubishi Fuso, Hino atau brand dari Jepang lainnya melintas di jalanan. Bus yang digunakan sebagai sarana transportasi massal ataupun juga sebagai kendaraan angkutan wisata, banyak yang menggunakan Hyundai.

tourist-bus
Bus wisata yang kami gunakan selama di Hanoi dan Ha Long bay.

Jumlah sepeda motor di Hanoi mungkin sama jumlahnya dengan penduduknya. Bisa jadi lebih banyak jumlah sepeda motornya. Jika diamati lebih jauh, tipe sepeda motornya adalah type bebek atau skuter matik. Selama saya di Hanoi, rasanya belum pernah ketemu pengendara sepeda motor yang menggunakan Kawasaki Ninja sport, Honda CBR, atau model sepeda motor sport yang banyak berseliweran di jalanan Indonesia dengan suara knalpot racingnya. Jadi, anak-anak muda pun pakainya sepeda motor bebek atau skuter matik. Helm yang dipakai juga rata-rata model helm “kupluk” dan bukan helm full-face atau half-face seperti di Indonesia. Mungkin penduduk di Hanoi lebih realistis dengan kondisi ekonomi mereka atau berpikir percuma juga menggunakan sepeda motor sport karena kecepatan dibatasi dan macet dimana-mana.

Beralih ke wisata kuliner, negara Vietnam memiliki garis pantai yang sangat panjang, yang membentang dari Vietnam Utara sampai dengan Selatan. Juga memiliki banyak sungai besar. Sehingga kekayaan kuliner berupa makanan dari bahan ikan, udang, cumi menjadi menu keseharian. Dalam setiap hidangan makan yang disajikan untuk rombongan kami, selalu ada udang, cumi dan sayur kangkung. Pecinta makanan seafood pastinya berbahagia, walau resiko naiknya kolesterol juga harusnya membuat waspada.

udang-rebus
Hidangan udang rebus saat makan siang di Ha Long bay.

Secara keseluruhan, perjalanan ke Hanoi dan Ha Long Bay ini menyenangkan dan membuka wawasan baru bagi saya. Menyenangkan karena pergi bersama dengan rombongan teman sejawat di kantor yang berjumlah 200 orang lebih, dimana kita bisa saling mengenal dan berinteraksi. Pada akhirnya saya bisa merasakan dan mengalami sendiri berkunjung untuk pertama kali ke Vietnam, tepatnya Hanoi. Mungkin jika ada kesempatan lagi berkunjung ke kota ini, akan lebih baik jika itu dilakukan di luar musim panas, sehingga cuaca akan cukup bersahabat. Kota yang aman dengan akomodasi yang terjangkau. Pilihan kuliner sebenarnya juga beragam. Kendala bahasa atau tulisan tidak perlu dikhawatirkan, karena cukup banyak orang yang bisa berbahasa Inggris. Akses internet dan komunikasi nirkabel juga mudah diperoleh. Hampir disemua hotel ataupun restoran menyediakan free wifi. Jika kita menginginkan SIM Card lokal, juga mudah diperoleh dengan harga terjangkau.

SQ175
Pesawat Singapore Airlines SQ175 yang mengantar kami dari Hanoi menuju Singapore.

 

Jikalau ada yang menanyakan dan mencoba membandingkan bagus mana Vietnam dengan Indonesia, bagi saya cukup mudah menjawabnya. Sama bagusnya, sama indahnya. Sama halnya kuliner, automotive, smartphone, dsb; masing-masing pilihan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun justru itulah uniknya kita menjelajahi tempat baru. Merasakan sendiri pengalaman di tempat baru itu seperti asupan spiritual bagi jiwa kita, yaitu untuk senantiasa bersyukur atas apa yang telah kita terima. Dan saya pun tidak tertarik untuk membandingkan, karena memang keduanya berbeda. Apa untungnya juga harus dibedakan? Jikalau ada pendapat bahwa bepergian ke luar negeri itu kurang nasionalis, bagi saya itu tidak penting dan terasa mengada-ada. Bagi saya nasionalisme tidak bisa diukur dari berapa sering kita berwisata di dalam negeri kita sendiri. Yang saya alami saat ini adalah dengan semakin banyak tempat baru yang saya kunjungi, khususnya di luar negeri, semakin menebalkan rasa cinta saya kepada tanah air. Iya, bersyukur dan cinta pada NKRI.

Itu kalau menurut saya lho yaa….

Philips-VN
Philips Indonesia Employee Trip 2016 to Vietnam

SQ966
Sketsa pesawat Singapore Airlines SQ966 sedang bersiap di bandara Changi untuk selanjutnya mengantarkan kami pulang menuju ibukota tanah air NKRI tercinta, Jakarta, pada tanggal 14 Agustus 2016.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s