Perjalanan kami ke Paris dari tanggal 28 Juni 2016 dan kembali ke tanah air pada tanggal 15 Juli 2016 bisa jadi merupakan perjalanan yang diberkahi atau paling tidak bisa dianggap sebagai keberuntungan bagi kami. Dan kami sungguh bersyukur. Banyak peristiwa yang terjadi dan merupakan peristiwa yang menjadi headline pemberitaan.
Tepat pada tanggal 28 Juni 2016, kami bertolak dari CGK pada pukul 18:10 WIB menggunakan Qatar Airways. Ini merupakan pengalaman pertama kami menggunakan Qatar Airways ke Eropa. Biasanya kami menggunakan maskapai Emirates. Pernah juga kami menggunakan Lufthansa dan juga Turkish Airlines. Dan seperti halnya konsumen lain, pemilihan maskapai adalah penting apalagi jika dikaitkan dengan budget atau tanggal yang tersedia. Kebetulan, pada tanggal tersebut, setelah melakukan komparasi antara Emirates, Qatar Airways dan Turkish Airways, kami memutuskan Qatar Airways. Kami beruntung. Karena pada saat kami transit di Doha pada tanggal 29 Juni 2016 dinihari waktu setempat, kami mendapat berita bahwa bandara Ataturk di Istanbul diguncang bom dan ditutup untuk sementara. Beberapa pesawat malah diperintahkan mendarat di tempat lain. Bandara ini adalah homebase bagi Turkish Airlines. Jadi, bisa dibayangkan betapa repotnya kami jika saat itu kami memilih Turkish Airlines. Entah kami tidak bisa mendarat di Istanbul ataukah penerbangan ke Paris ditunda, kami tidak tahu.
http://edition.cnn.com/2016/06/28/europe/turkey-istanbul-airport-attacks/
Peristiwa lain adalah insiden di Nice, Prancis. Insiden pada saat malam peringatan French National Day pada tanggal 14 Juli, yang ditandai dengan pertunjukan kembang api itu berakibat fatal. Puluhan orang meninggal dunia dan terluka akibat aksi terorisme menggunakan truk. Kebetulan pada malam itu, kami juga sedang berada di pusat kota Paris dan sempat menikmati atraksi kembang api di Eifel Tower, yang kurang lebih sama dengan di Nice. Banyak penonton dan mobil diparkir di sepanjang jalan demi menikmati atraksi kembang api yang dimulai pada pukul 23:00 waktu setempat. Karena kita tidak mau terjebak kemacetan, maka sebelum acara selesai, diputuskan untuk meninggalkan Paris. Dan untunglah, di riuh ramainya Paris, situasi masih terkontrol dan aman. Namun, di kota lain, insiden itu terjadi dan beritanya segera menyebar ke belahan dunia lain, termasuk Indonesia. Orang tua kami di Ngawi pun sempat khawatir dan menanyakan kabar kami terkait insiden tersebut. Dan syukurlah, kami baik-baik saja.

http://time.com/4407683/nice-attack-france-alain-juppe-hollande/
Pada tanggal 15 Juli 2016, jadwal kami adalah pulang ke Indonesia. Sore hari kami sudah bersiap di bandara Charles De Goulle (CDG) Paris. Setelah melalui antrian check-in, maka selanjutnya adalah antrian imigrasi. Awalnya ada 4 loket imigrasi yang dibuka, namun tiba-tiba yang 2 loket ditutup. Akibatnya antrian menjadi panjang yang sempat membuat kami was-was dengan sisa waktu yang ada. Untunglah kami bisa masuk pesawat tanpa membuat penumpang lain menunggu kami. Transit di Doha, ada kabar terbaru. Ada percobaan kudeta di Turki. Bandara pun ditutup (lagi). Entah ini disebut kebetulan atau ketidaksengajaan, faktanya kami menyaksikan kejadian penting di Turki pada saat transit di Doha, baik saat pergi maupun pulang.
http://www.bbc.com/news/world-europe-36816045
Terlepas dari kejadian-kejadian diatas, syukur juga kami ucapkan karena selama perjalanan dan selama kami tinggal di Paris, kami dan keluarga sehat walafiat dan segala urusan pun berjalan lancar. Cuaca juga nampaknya berpihak kepada kami. Suasana puasa di negeri orang dimana kami menjadi minoritas pun, juga bisa kami nikmati dan syukuri.
Alhamdulillahirobbilalamin…
Alhamdulillah.
LikeLike