Puasa Ramadan merupakan salah satu pilar dalam agama Islam dan hukumnya wajib untuk dilaksanakan. Dimanapun kita berada. Namun dalam Islam sendiri juga mengatur jika seandainya kita tidak mampu untuk melaksanakan karena berbagai sebab, diantaranya karena menjadi musafir atau karena sedang bepergian jauh. Sesungguhnya Islam tidak mempersulit ibadah umatnya. Tulisan ini dibuat semata demi berbagi cerita. Tidak ada niat untuk berbangga puasa di negara manca, apalagi sampai riya’. Amit-amit….

Ibadah puasa di Prancis kali ini sungguh menantang, Subuh dari jam 3:15 pagi dan Maghrib jam 10:02 malam. Kurang lebih 19 jam berpuasa. Dengan cuaca berkisar diangka 15 derajat Celcius saat siang hari. Karena tujuan kami ke Prancis adalah silaturahmi dan lebaran bersama keluarga, maka acara jalan-jalan adalah bagian integral dari perjalanan ini. Jalan-jalan tentu tak akan lengkap jika tidak ada acara makan, apalagi ada 3 anak kecil bersama kami yang tentu saja tidak puasa. Tidak bijak juga jika anak-anak dipaksa untuk puasa. Ibadah itu tanpa paksaan. Godaan itu justru berasal dari alam pikiran kita sendiri. Aroma masakan dan penyajian makanan yang diserap oleh hidung dan mata, selanjutnya diproses oleh otak kita sebagai bagian dari informasi. Semua kembali ke pikiran. Yaitu diri kita sendiri. Kembali kepada “niat” kita sendiri.

Hal tersebut sudah saya sadari sebelum berangkat ke Prancis. Saya berpikir aktivitas apa yang akan saya lakukan ketika anak-anak saya makan siang dihadapan saya. Aktivitas yang bisa saya lakukan saat di meja makan dan tetap bisa memperhatikan anak-anak makan ataupun tetap berkumpul dengan keluarga. Browsing Internet bukan jawaban, karena akan sangat tergantung dengan wifi gratisan.

Jawabannya adalah sketching. Menggambar. Menggambar apa saja yang ada dihadapan saya ataupun yang ada di benak saya. Hasil menggambar apakah akan bagus atau tidak, itu adalah soal lain. Yang penting saya bisa memanfaatkan waktu menikmati ujian ibadah puasa di negeri manca. Tidak mengherankan jika kebanyakan gambar yang saya buat berkisar tentang makanan, karena memang yang ada dihadapan saya adalah makanan. Saya hanya bisa melihat namun tidak mau untuk merasakan. Selama seminggu menjalankan ibadah puasa Ramadan di Paris, kami selalu berbuka puasa di rumah. Selain terlalu malam untuk sekedar makan malam di luar rumah, berbuka di rumah juga membuat kami berkumpul bersama di meja makan. Sambil bertukar cerita atau menonton pertandingan sepak bola Euro 2016.

Teringat akan istilah puasa tidak boleh manja, maka kita akan dengan mudah menerima semua godaan dan ujian tadi sebagai bagian integral dari ibadah puasa. Dan apapun yang kita lakukan, akan tergantung pada NIAT yang kita lafalkan dalam hati sebelum memulainya. Gabungan antara niat dan iman, akan semakin membulatkan tekad untuk melakukan ikhtiar. Bukan hak atau wewenang kita untuk menentukan hasil ikhtiar, kepasrahan kepada Illahi akan membuat kita tenang dengan hasil apapun yang kita terima. Karena kita yakin akan ada sesuatu rencana yang indah dibalik setiap peristiwa, yang mungkin kita belum mengetahui itu apa.
